Sabtu, 27 Desember 2014

MELODRAMA INDONESIA (PERWAJAHAN FENOMENOLOGIS ISU ISU SEKSI DISAMPING TUBUH BBM)


 OLEH : SKOLASTIKA INTIVADA
MAHASISWI FKIP MATEMATIKA


Dendam bukan mahkota. Dendam tidak lebih lebih sebagai kompensasi politis orang orang yang kalah. Namun, selalu ada pertanyaan yang menghujam pada dinginnya nurani, “apakah Indonesia kita akan tetap pada melodramanya, dengan semakin meningginya eskalasi demonstrasi dinegeri ini, yang selalu menemukan pembentukan atiklimaks monumentalnya.
Menyoal Isu BBM, tentu tidak boleh dengan melepas korespondensi politisnya dengan berbagai variabel yang mendahuluinya, variabel yang menengahinya dan variabel yang mengonsiliasi kekuatan kekuatan “Massa” setelah rangkaian karnaval demonstrasi dinegeri tercinta, yang secara telanjang melahirkan “spirit demokrasi yang spektakuler”.
Indonesia, adalah negeri yang dipenuhi oleh investigasi langgam Ideologis, sekaligus negeri yang dijejali oleh rangkaian kepentingan “kaum pemodal dan kekuatan aristokrasi politik”. Senantiasa ada tawar menawar wibawa, untuk melunakkan pemeo tarik menarik kepentingan antara kekuatan kekuatan struktural yang ada. Baik yang secara kultural, merepresentasikan profil “kelas Marjinal”, maupun kekuatan kekuatan romansa populis yang secara general, kita temukan sebagai kekuatan yang paling kreatif membajak adagium “Vox Popule Vox dei”/suara rakyat suara Tuhan.
Selalu ada yang menarik gairah dan kegelisahan Intelektual kita, sebagai kaum terpelajar dinegeri Indonesia kita ini terhadap perstiwa peristiwa ekonomi, politik dan isu isu moral...” yang seakan akan membangun kohesi sirkular. Adanya peristiwa ekonomi (baca: isu ekonomi) kerapkali merupakan pembentukan implikasi dari dialektika eskalasi politik. Begitupun dengan menyeruaknya isu isu moral tertentu, seringkali merupakan sesuatu yang tidak lebih, sebagai langgam konsekuensi yang dipaksakan pada materialitas dilaektika peristiwa politik yang spektakuler.
Mari kita mencoba menengok rangkaian aksi yang memberikan warna pada “Kanvas” peristiwa politik dinegeri kita. Dalam hal ini, yang paling kontemporer adalah Isu dan faktualitas Kenaikan BBM, yang terkoyak diseret secara sangat gaharnya oleh melodrama pemebentukan opini dikalangan kaum menengah kebawah. Dalam hal ini, pembentukan profil Isu dikalangan kaum Muda (Mahasiswa) dan para komentator didunia Maya dan yang bertebaran diwarung kopi.
Pada tulisan saya yang sederhana ini, tidak ada ketertarikan sedikitpun untuk mendudukkan analisis ekonom sebagai wajah investigasi terhadap kasuistik “Luka BBM”. Pada kesempatan eksplorasi tulisan ini, yang dengan penuh kehormatan dimediasi oleh Kakak Kakak di UKM PENA....”, tulisan saya tidak lebih sebagai ketertarikan fenomenologis untuk mengurai “kekuatan langgam politik” yang mengambil peran dominan pada isu kenaikan BBM ini.
Pertama tama, izinkan saya untuk menundukkan kepala sebagai simbolik Jiwa yang malu dihadapan kawan kawan Mahasiswa sekalian yang menyempatkan waktu senggangnya membaca dan mengelupas tulisan saya ini. Ada perasaan malu, melihat dialektika sosio-politik dinegeri kita, yang seakan akan lebih sebagai dramatologi, mengisi kekosongan karnaval isu isu perubahan sosial, yang memang didudukkan oleh sebagian orang sebagai “suara yang keluar menara”.
Maksud dari pemeo ini, adalah sebuah sarkasme terhadap fenomena sosio politik kita yang secara global, tidak lebih sebagai pemetaan kabur diatas kertas kanvas Nusantara. Menyoal kasus seSpektakuler Isu BBM, tentulah hal yang paling dinanti nantikan oleh banyak pihak. Baik pihak yang diuntungkan oleh Isu tersebut, dan tentunya terlebih pihak pihak yang dirugikan secara signifikan oleh Isu BBM.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakay yang heterogen. Kalaulah dijelaskan pada buku buku Sosiologi, heterogenitas yang dimaksud lebih pada cakrawala kebudayaan dan antropologi masyarakat Indonesia. Dua dasawrsa terkhir ini, nampaknya adagium dan proposisi Sosiologi tersebut, harus mendapatkan revisi. Heterogenitas masyarakat Indonesia, tidak lagi sebatas pada tekstur kebudayaan dan segala dialektika etnik, tapi kini dan disini serta disana, sepanjang ingatan sadar kita pada Indonesia, sebagai ruang spasial “masyarakat Modern”, kita menyaksikan adanya ekstensifikasi yang diapte/mendalam pada corpus  heterogenitas diTanah Nusantara ini.
Heterogenitas, sudah sampai pada made desain operasi urat saraf  pada beberapa isu dan domain yang ultra sensitif dan bahkan tabu di Indonesia. Katakanlah, Isu “moral”. Isu keberagamaan, Isu Keyakinan hingga babak belurnya pada repetisi Isu Pribumi Versus Cina.
Mungkin, sebagian kawan kawan mahasiswa, secara spontan menggerutu membaca tulisan ini...”!, sambil membatin, apa hubungan antara alinea diatas dengan “KAMI YANG MEMILIH AKSI DEMOSNTRASI dan KAMI YANG TIDAK MEMILIH AKSI DEMONSTRASI...? ? ? !!!.... Ehm nyantai miki Cika. Nyantai mki Kakak kakak Senior. Nyantai mki teman2ku....,
Seperti prelude  tulisan saya dibeberapa alinea diatas.  Selalu ada “benang merah” pada rangkaian kesaksian kesaksian peristiwa dinegeri kita. Mari kita secara kritis melihat, atau paling banter MENGIMAJINASIKAN wajah Indonesia dengan beberapa luka, yang disempurnakan oleh dialektika “Bumi Manusia”, anak anak Indonesia. Sekali lagi saya tegaskan, alur logika tulisan ini tidak bermaksud untuk merincikan analisis rencana penaikan BBM dan konsekuensianya, sepertiyang bertebaran di Facebook itu, disana dan diLaptop Laptop dan modem teman teman. Tulisan ini sekali lagi, lebih pada pemriksaan fenomenologis. Sebuah Upaya sederhana, untuk memacu akselrasi inteltualitas Kaum Pelajar.
Telah menjadi pengetahuan kita semua, sebagai rakyat Indonesia dan khususnya orang orang Sulawesi Selatan yang bertempat tinggal bermukim di Ajatappareng...”, bahwa hampir semua titik titik vital diProvinsi dan daerah daerah sepanjang Indonesia terjadi karnaval aksi demonstrasi. Ada yang sehari, ada yang secara “acak” dan ada juga yang berhari hari seperti potret manifesto dan dramatologi aksi di Tanah Makassar.
Salah satu yang paling menyita perhatian publik se Indonesia, adalah langgam dialektika Aksi di Tanah Ðaeng Tanah Makassar kita. Apakah yang sesungguhnya terjadi di Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan ini.... ?. apakah sebab logisnya, adalah pembacaan futuristik kawan kawan di Makassar yang sangat tajam dibanding pembacaan mahasiswa mahasiswa didaearah lain diluar Makassar ??, ataukah langgam aksi demonstrasi yang terjadi dikawasan Indonesia Timur umumnya dan di Makassar pada khusunya, adalah Karakteristik “bentuk kedua” orang orang Sulawesi Selatan, dengan mengingat bawaan Orang Sulawesi Selatan, yang sering diidentikkan dengan langgam “keras dan tegas”...??. ataukah ada probabilitas, Kekutasn Elit dan Spionase (Baca: Kaum Intelijen) yang MELANCARKAN OPERASI URAT SARAF SECARA MELUAS/EKSTENSIF yang mungkin hipotesisnya harus dimulai dari Makassar yang notabene sebagai salah satu “Pusat terbesar” dikawasan Indonesia Timur..!!!... ???,
Sudah berlangsung bebrapa hari, karnaval aksi di Makassar khususnya, tidak hanya terdiri dari “penyampaian aspirasi”, lebih dari itu !!!....”, sudah menyeruak pada pembentukan GEJALA LAIN. Siapakah sesungguhnya “Kaum PELUKIS DI ATAS KANVAS HITAM” di Wilayah Indonesia Timur dan apakah hanya rekaan belaka, ESKALASI aksi dibeberapa titik di Indonesia, juga seakan akan INGIN MENGULANG beberapa peristiwa penting pada PETA SEJARAH dinegeri kita...!!, dengan melihat alot dan kekanak kanakannya peristiwa peristiwa Politik di Pusat Indonesia (Baca: Jakarta khususnya dan Wilayah Indonesia Barat pada umumnya). Ada konflik diametral antara “KAUM SANTRI” yang didelegasikan secara “TELANJANG” oleh orang orang yang mengatasnamakan “SINDIKATNYA” sebagai FRONT PEMBELA ISLAM dan orang orang di IDENTIKKAN atau secara NARSIS menyebut diri mereka sebagai KAUM NASIONALIS....!. Kawan kawan sekali lagi, tulisan saya tidak bermaksud untuk Memberikan JUDGEMENT kepada pihak pihak tertentu. Sekali lagi juga, tulisan sederhana ini hanya bermaksud untuk membuka CAKRAWALA BERPIKIR KITA SEMUA di Kampus Biru. Kampus KITA SEMUA, Universitas Muhammaduyah Parepare. Akh.... tiba tiba saja, saya seakan akan mereka reka...”, apakah aksi demonstrasi yang saya lakukan dengan teman2 dari UMPAR, adalah aksi yang disebut sebagai “AKSI MURNI”...’ atau jangan jangan juga....”, kami adalah bagian dari rekayasa Kaum Intelijen, yang terkadang kami kagumi sebagai Aktivis Mahasiswa yang Paling revolusioner, Frontal dan predikat predikat Romantik lainnya

Tidak ada komentar:

ALLAZI ALLAMA BILKALAM ALLAMAL INSANA MALAM YA'LAM