Rabu, 18 Juli 2012

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN MORAL DAN IQ


Rekonstruksi pendidikan saat ini sudah menjadi wacana yang harus dibuktikan. Rekonstruksi pendidikan sendiri sudah menjadi paham baru bagi dunia pendidikan. Tidak hanya elit dan pemerintah saja yang membicarakan tentang rekonstruksi ini namun masyarakat awam pun sudah mulai menggebar-gemborkan tentang rekonstruksi pendidikan ini.
Pada dasarnya elit dan pemerintah hanyalah fasilitator untuk mewujudkan layanan pendidikan yang lebih baik. Sedangkan yang menentukan keberhasilan dari perubahan ini adalah masyarakat dan individu yang bersangkutan. Untuk mewujudkan pendidikan yang sesuai denga keinginan maka didapatilah lembaga pendidikan yaitu institute yang bekerja sesuai dengan UUD 1945. Salah satu istitut yang dimaksud adalah perguruan tinggi yang membina secara khusus guru dan calon guru. Dari sini dapat kita lihat, jika terjadi kegagalan dan pendidikan keguruan itu, maka tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan cacat pada kualitas anak didik.
Perbaikan tidak hanya dilakukan pada wilayah tenaga pendidik saja, namun perbaikan pendidikan juga harus dilihat dari segi layanan pendidikan itu. Layanan yang dimaksd disini adalah rasa kepercayaan dari masyarakat terhadap orang-orang yang berkerja pada dunia pendidikan. Serta pemberian fasilitas yang lebih baik.
Jika layanan dan tenaga pengajar sudah mendapat sentuhan perubahan yang baik maka selanjutnya adalah rekonstruksi pendidikan dari segi moral. Melihat keadaan saat ini, informasi menjadi kebutuhan pokok untuk perkembangan dunia pendidikan. Karena kebutuhan informasi yang terus meningkat, maka arus dan perkembangan  teknologi pun tidak dapat dihindari. Perkembangan teknologi inilah yang membawa dampak pada sebagiam masyarakat, baik itu dampak positif maupun negatife.
Diawal kehidupan ini, kita telah dipisahkan oleh sekat-sekat dari setiap fase kehidupan. Sekat-sekat inilah yang tetap menjaga kesakralan suatu fase. Akan tetapi dengan perkembangan teknologi, fase-fase ini justru lebih mudah untuk dilangkahi sehingga mengurangi kesakralan yang telah dibangun sejak dulu.  Ketika rahasia-rahasia sudah menjadi milik bersama maka kesakralan itu pun kehilangan nilai sosiologisnya. Tembok pemisah yang dibangun sejak dulu dengan mudah dihancur leburkan. Tak ada lagi rahasia yang tabu untuk disaksikan oleh anak dan remaja.
Banyak yang menjadi faktor leburnya moral anak dan remaja. Salah satunya adalah hancurnya nilai moral dalam keluarga, yang mana dita ketahui bersama bahwa keluarga merupakan tempat pertama membangun moral itu. Para orang tua tidak sadar bahwa ketidak fokusannya terhadap moral anak manjadikan mereka sebagai korban dari peradaban.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan moral tersebut, salah satunya adalah dengan melakukan shalat berjamaan secara istiqamah. Selanjutnya adalah menambah frekuensi komunikasi antara keluarga dan meningkatkan pengawasan terhadap apa yang dilihat dan apa yang didengar oleh anak. Bukan hanya anak namun juga tenaga pendidik, mereka harus lebih memperhatikan kebutuhan para remaja dan anak-anak. Karena selain pengaruh dari lingkungan keluarga, pengaruh dari masyarakat pun juga mengambil andil dari perubahan moral tersebut.
Dari sini dapat kita katakana bahwa, rekonstruksi pendidikan ditak hanya harus berpusat pada perbaikan layanan pendidikan dan kualitas tenaga pendidik, namun rekusntruksi pendidikan juga harus lebih memperh
atikan rekonstruk moral. Karena dengan begini, pendidikan akan berjalan dengan baik jika pendidikan moral seimbang dengan pendidikan IQ.

Tidak ada komentar:

ALLAZI ALLAMA BILKALAM ALLAMAL INSANA MALAM YA'LAM