GURU.
Diburu dan Ditiru. Masihkah?. Dahulu guru menjadi pahlawan tanpa tanda jasa.
Sekarang?.Beban berat menjadi seorang guru umum sekarang ini. Tuntutan administrasi,
tuntutan profesi, tuntutan moral, tuntutan dari atasan, tuntutan kurikulum, dan
tuntutan dari orang tua murid. Semua tuntutan itu wajib dikerjakan dan
dilaksanakan oleh guru, tapi apa timbal baliknya? Guru bukan lagi digugu dan
ditiru, tapi digugat dan diburu. Digugat oleh mereka yg tak pernah mengerti
pendidikan tapi sok mengerti. Diburu kesalahan-kesalahan yang sebenarnya
bukanlah sebuah kesalahan, melainkan proses untuk mendidik siswa.
Mungkin,
ini mungkin.. ada guru yang saat ini masih memakai cara kekerasan untuk
mendidik anak, tapi tidak semua guru seperti itu!. Semakin berkembang zaman,
semakin terpuruk pula guru dimata masyarakat. Ironis. Padahal tanpa ada guru
disuatu bangsa, maka tunggulah kehancuran bangsa tersebut.
Polisi,
akuntan, Manajer, Direktur, bahkan presiden, mereka smua belajar dari awal,
secara bertahap, dan yang jelas mereka belajar dari guru. Tapi kenapa guru itu
harus terus menerus ditekan?. Guru juga seorang manusia. Guru juga memiliki
perasaan. Tapi tidak ada yang mengerti tentang hal itu. Mereka hanya tahu bahwa
guru harus memenuhi tuntutan-tuntutan yang makin hari makin berat. Tapi apakah
mereka tahu bagaimana guru dikehidupannya?
Sebagai
guru honorer, gajinya bergantung dari dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah)
yang turun tiga bulan sekali. Tapi lebih seringnya telat. Sehingga kadang guru
honorer tidak digaji selama tiga bulan. Apa mereka tahu tentang hal itu? Mereka
hanya tau bahwa kurikulum harus beres, siswa harus bisa. Siswa kelas akhir
harus lulus, siswa kelas dibawahnya harus naik kelas. Bahkan tuntutan dari
orang tua murid anaknya harus bisa dapat nilai tinggi, tidak peduli bagaimana
kemampuan siswa.
Padahal
guru telah berupaya semaksimal mungkin untuk mendidik siswa, tapi apa
balasannya? Kami tidak menuntut materi berlebih. Sama sekali tidak! yang kami
inginkan hanyalah kerjasama baik dari semua pihak dan sedikit kehormatan.
Kami
telah mendidik siswa. Kami telah mengajarkan mereka. Kami telah membuat mereka
tahu dari yang awalnya tidak tahu. Kami hanya ingin sedikit rasa penghormatan.
Itu saja. Tapi bahkan rasa penghormatan saja sudah tidak ada. Hilang.
Para
orang tua seharusnya menyadari, semakin mereka memanjakan anak-anak mereka,
maka semakin berat kehidupan si anak dimasa mendatang. Si anak tidak akan
pernah bisa mandiri. Dan terus bergantung dari orang tua. Pada saat itu datang,
siapa yang akhirnya disalahkan? Para guru, Para orang tua, Si anak, atau pihak
lain?(010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar