Tak terasa momentum politik kemarin yang telah menyisakan berbagai fenomena tawa , luka dan berbagai kejadian aneh nan membekas dalam sejarah yang di agung agungkan sebagai pesta rakyat namun hakikinya adalah pesta para elit politik yang berorientasi terhadap kekuasaan dan jabatan, kini momentum perebutan tahta kekuasaan kembali hadir dalam tempo dekat ini.
Momentum politik yang katanya pesta rakyat ini benar benar berimplikasi terhadap berbagai stabilitas ekonomi, hukum dan pendidikan di kota ini(parepare-red). Parepare sebagai kota transit dan sentral di wilayah ajatappareng tentunya mendapat perhatian khusus dalam momentum politik ini.
Hal ini di tandai dgn beragam atribut atribut parpol maupun individu yg siap untuk mengambil peran dalam momentum yang katanya pesta rakyat. Warung warung kopi dan kafe menjadi tempat hangat tuk mendengar informasi informasi politik baik fakta maupun yang hanya sebatas opini namun yang paling mencolok adalah dengan munculnya baliho dan spanduk dengan berbagai ukuran dan gambar yang berbeda, bak jamur di musim hujan, baliho dan spanduk tersebut makin hari makin banyak, padahal jadwal kampanye baik pilpres,pilgub dan pilkada belum dimulai , apakah telah terjadi pelanggaran kampanye???
Tentu tidak ...!!! mereka dengan berbagai 1001 cara dan alasan dengan entengnya mendirikan kokoh baliho dan spanduk mereka di tiap sudut kota walau isi baliho dan spanduk mereka hanya menampilkan foto foto narsis dan sekedar mengucapkan kata sapaan kepada para pembaca baliho, kata kata memuji diri sendiri. Sekiranya para pemilik baliho dan spanduk serupa pernah berinteraksi langsung dengan masyarakat kecil kemudian menanyakan “apakah spanduk dan baliho membuat anda kenyang?, apakah spanduk dan baliho membuat anda lebih sejahtrah atau paling tidak bahagiakah mereka dengan hadirnya baliho dan spanduk di kota ini?” tentu kota ini tak bermandikan baliho dan spanduk
Masyarakat kecil hanya mampu menjadi saksi tak bersuara atas kesemerawutan dan ketidak teraturan penempatan baliho baliho tersebut, pedagang kaki lima kerap kali di gusur paksa dengan alasan menganggu pemandangan kota, terlebih lagi bukankah pemerintah provinsi Sulawesi selatan telah menerapkan program yang dinamai go green yang esensinya sebagai kepedulian akan lingkungan sekaligus memperindah sebuah kota, tapi baliho dan spanduk yang tak jelas tersebut justru sangat menganggu nuasana eksotis dan madani kota ini (parepare-red) kenapa tak di tertibkan atau sekalian di musnahkan ??? apakah karena si pemilik baliho adalah orang besar? Punya power?? Atau kota ini (parepare-red) telah mengubah haluan dari kota bandar madani menuju kota SEJUTA BALIHO? Dan paling extreme apakah para calon nahkoda bangsa ini telah dilanda virus narsis dan cari perhatian???
Pihak pemkot Parepare mestinya mengambil sikap tegas atas menjamurnya baliho dan spanduk narsis ini, besar harapan masyarakat agar kiranya baliho dan spanduk politik juga dibuatkan ramperda jangan hanya spanduk dan baliho iklan masyarakat yang mencoba mencari sesuap nasi dengan usaha halal di kota Parepare tercinta ini
Kalau bukan kita yang memperhatiakan kota ini siapa lagi yang akan memperhatikannya,
kalau bukan sekarang di perhatikan kapan lagi kita perhatiakan kota ini ...apakata dunia?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar